Sabtu, 22 Desember 2012

Pengecut Pecundang

Suatu malam gue terlibat cekcok, emm bukan, semacam gurauan dengan seorang temen gue, membawa-bawa dua kata sandang, Pengecut, dan Pecundang. 

Awalnya gue dulu yang mengatainya pengecut karena dia tak kunjung memberi tahu identitasnya ketika mengirimi gue SMS. setelah itu dia membalas SMS gue dengan satu kata : pecundang. 

Kemudian gue berpikir, kenapa dua kata ini sering dikait-kaitkan satu sama lain. ketika si A berkata pengecut, si B membalas pecundang, ataupun sebaliknya. Padahal pengecut dan pecundang jelas jelas berbeda. 

Menurut gue, pengecut sudah pasti pecundang, sedangkan pecundang belum tentu seorang pengecut. Seorang pengecut adalah orang yang tidak punya keberanian memulai. hanya tidak berani, begitu saja. Dalam bahasa jawa gue sering  mendengar kata "celingus" yang didefinisikan mirip pengecut. Ya, pengecut adalah orang yang tidak pernah percaya diri, tidak pernah mau mencoba, dan tentu akan menjadi pecundang karena tidak pernah mencoba. 

Pecundang, menurut gue adalah orang yang setingkat lebih tinggi dari pengecut. Mungkin konotasi pecundang lebih buruk daripada orang yang kalah, tapi buat gue pecundang = loser, dan buat gue, being a loser ain't a mistake, asalkan tidak melakukan kesalahan yang sama sehingga tidak selalu menjadi pecundang. Gue juga orang yang pernah menjadi pecundang, dan rasanya memang tidak menyenangkan. tapi dari rasa tidak menyenangkan itulah, bisa tumbuh semangat untuk melepas gelar pecundang pada kesempatan berikutnya. 

Percaya atau enggak, kita semua juga pasti pernah menyandang dua gelar di atas. Pernah menjadi orang yang penakut, yang enggak percaya diri, dan setelah menjadi orang yang percaya diri, malah kalah bersaing dengan yang lain. That's life. 


Selamat Hari Ibu

My love, My Mom, My Everything

Sabtu, 15 Desember 2012

Past is Past

I know it's hard to be you.
Oh no, I don't know how it feels to be you, yet I don't want to know, even feel it. 
I pretend to know that it's hard to release something, oh no, someone, and everything you've passed for years. Probably it would be harder if it was your very first experience. Probably. 

But I shouldn't care. 
Last year I just, something like "Okay, maybe it's your first year to release those everything" 
But this year, it's your second year and still, you can't release any of them. 
Seems judgmental  but it's actually clearly seen from the way you deliver your words, which means there are still many things left with you and you obviously still, keep them inside your head, or your heart - whatsoever. 

I don't know, whether I do wrong or not. Maybe I shouldn't care so that I have no things to think about you. But it's just happened, and I'm not stupid in comprehending your words. Right now, the only thing I want to do is to shout in front of your face that past is past. But surely I can't do that to you. I have no clear prove, and you must have many rebuttals, haha. 

Talking about you (again) perhaps will pump my  mischievous creativity. I'd better stop. But I can't promise I won't write again, since there's probability that you will write those kind of past emotion over and over again. You know, I actually can't forbid you. It's just, I don't like knowing that you hardly release "them". I wish I wouldn't be a girl like you if someday I get the status like you get right now. I wish I could stand stronger and easily release "them". 


Selasa, 11 Desember 2012

Yang mainstream

Dulu, gue kalo gambar rumah begini


tapi gue ngerasa itu justru seperti balai dukuh 

padahal rumah yang sederhana aja pada kenyataannya seperti ini
Selain rumah, gue kalo gambar sekolah dulu kaya gini
padahal SD gue seperti ini

Berimajinasi memang susah, apalagi merealisasikannya. 
bahkan, setelah gue gede sekarang, gue nggak yakin gue bisa gambar rumah dan SD gue mirip seperti aslinya.Dan gue yakin, gambar rumah dan SD di atas juga sesuatu yang mainstream seperti gambar pemandangan yang selalu gitu-gitu aja.



Jumat, 30 November 2012

Maaf, Mawar

Hello Mawar! 
Apa kabar? 

Gue mungkin selama ini sudah menjadi teman yang belum cukup baik, belum cukup pengertian, kurang responsif, pasif, nggak peka, dan sebagainya. 

Mawar memang nggak begitu jauh dengan gue secara fisik, tapi apa-apa yang ada di benak dia, keluh kesah dia, nggak semua gue tahu, dan gue bantu. 

Suatu malam, Mawar sms gue, dan sayangnya gue sedang enggak begitu memperhatikan handphone gue yang memang biasanya sepi kalau malam. Sebuah emoticon sedih terkirim dari Mawar, gue balas dengan sebuah pertanyaan "Mengapa?" jam 10 malam, tidak ada balasan. 

Esoknya, dia bilang ada kejadian menarik semalam, dan gue sudah melewatinya. Sewaktu gue tanya lagi kejadian apa, dia menolak memberi tahu. Alasannya, dia takut menangis, lagi. 

Sedang ada yang tidak beres dengan Mawar, bahkan seseorang berani-beraninya membuat Mawar menangis. Gue memang enggak tahu siapa, tapi gue hanya menerka. Dan tentu saja, tidak selalu benar. 

Gue terus bertanya sama Mawar, dia terus mengelak dan tidak ingin membahas lagi. Sudah cukup sakit mungkin hatinya. Gue nggak mau mengoyak lukanya lagi. Semoga nggak ada lagi orang yang menyakiti dia. 

Lewat postingan ini, gue pengen minta maaf sama Mawar. Selama ini, jujur, gue masih sangat berharap Mawar bisa bersatu sama Daun. Status Daun yang single membuat gue pengen melihat Mawar sama Daun bareng-bareng lagi, bahkan beneran berhubungan. Tapi siapa gue? Apa hak gue atur-atur hidup orang? 

Kalau memang orang yang bikin Mawar nangis tempo hari itu Daun, mungkin gue akan perlahan melupakan impian persatuan yang gue dambakan antara Mawar dan Daun. Gue bakal selalu mendukung apapun yang lo pilih, Mawar. Buat Daun, semoga lo selalu sukses, maafin gue juga ya. (Meskipun lo nggak pernah tahu gue minta maaf ke lo lewat postingan ini).

Sabtu, 24 November 2012

Tidak beres

Home alone, it's raining outside.
FYI aja sih.

lama enggak nulis. sok sibuk. sok kebanyakan tugas. sok-sokan banget gue pokoknya.

ini aslinya emang lagi ada yang enggak beres dengan gue, dengan senyum gue yang tiba-tiba hari ini tidak mengembang seperti biasanya, dengan teman gue yang tipis yang enggak mau minjemin hapenya ke gue (nah lo thes) dengan temen gue yang lain yang mungkin lagi jatuh di dua hati, dengan temen gue yang lain lagi yang lagi pergi sama saudaranya yang cerewet dan ngeyelan, dan dengan orang yang lagi diem di sana. ada yang tidak beres dengan kita.

hari ini gue datang ke sekolah, ngerjain tugas HTML, biologi dan mendekor GSG untuk hari guru besok senin. Besok, gue ada rencana bimbingan penelitian (?) asli gue nggak tahu apa acaranya besok, terus dekor GSG lagi. jadi, intinya gue makhluk bernama siswa yang sekolah tujuh hari dalam seminggu.

sebenernya minggu-minggu sebelumnya gue nggak ada masalah dengan sekolah tujuh hari ini, tapi minggu ini, memang benar-benar ada yang tidak beres. banyak yang tidak beres. skala abnormalitas meningkat, sensitifitas juga meningkat. biasa, cewek.

ketidakberesan itu, sesegera mungkin harus gue bereskan. minggu depan, segalanya harus sudah beres.


Sabtu, 27 Oktober 2012

Korban sistem

Kamus besar bahasa Indonesia
sis·tem /sistém/ n 1 perangkat unsur yg secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas: -- pencernaan makanan, pernapasan, dan peredaran darah dl tubuh; -- telekomunikasi; 2 susunan yg teratur dr pandangan, teori, asas, dsb: -- pemerintahan negara (demokrasi, totaliter, parlementer, dsb); 3 metode: -- pendidikan (klasikal, individual, dsb); kita bekerja dng -- yg baik; -- dan pola permainan kesebelasan itu banyak mengalami perubahan; 

Kalau membaca KBBI dan menemukan kata tersebut (sistem) rasanya nggak ada bedanya sama kata-kata yang lain. Kedudukannya sama. 
Tapi, ketika kita membicarakannya dan mempraktekannya, tentu banyak asumsi muncul tentang kata ini. Sebagai siswa, gue menganggap kata 'sistem' ini biasa, nggak ada bedanya dengan kata lain. tapi, ketika orang-orang yang punya kuasa sedang membicarakan 'sistem', tentu bukan hal biasa.

Mereka menyebut 'sistem' seperti kata-kata ajaib. Mengapa ajaib? karena sistem bisa mengubah hal yang tidak mungkin menjadi mungkin. yang tidak bisa menjadi bisa. Sebuah sistem dibuat untuk mempermudah segalanya bukan? 

That's it. jadi, asumsi orang-orang yang punya kuasa terhadap sistem adalah sebuah kendaraan yang bisa mempermudah segalanya. Gue tahu, bahasan ini sangat riskan dibicarakan. Pun gue nggak punya bukti, jadi ini cuma semacam celotehan seorang pecundang. 

Tapi toh pecundang juga punya hak berceloteh kan? Ini negara demokratis bung! ketika gue merasa dirugikan karena sebuah sistem, boleh dong gue teriak? boleh dong gue mengelak? lebih bagus lagi boleh dong gue kasih saran yang bisa membangun? 

Sayangnya mereka (orang-orang yang punya kuasa) nggak mau denger celotehan pecundang. Selama mereka merasa diuntungkan, mengapa harus banyak bergerak? Ya, mereka tidak mau mendengar orang yang merasa dirugikan, karena mereka tidak merasa dirugikan. Dan mereka justru akan merasa dirugikan jika harus mendengarkan celotehan orang-orang yang merasa dirugikan. 


"Mereka rugi karena tidak menguntungkan kami. salah sendiri." 

mungkin seperti itu. 

Tapi tidaklah baik terlalu banyak berkomentar tentang hal semacam ini. hanya orang-orang yang punya kuasa - lah yang punya hak berbicara dan melakukan tindakan. Selebihnya, kita hanya harus mengikuti sistem yang telah mereka desain. 

Sebuah pertanyaan besar mencuat di kepala gue, "Kita, sebagai murid, dituntut untuk bekerja keras, untuk sportif, tapi kenapa, sportifitas yang sudah kita curahkan dinodai oleh sistem semacam itu?" 

Haaaahh, celotehan macam apa ini. Korban akan tetap menjadi korban. 

Selamat sore.

Senin, 15 Oktober 2012

Benteng

Senin yang berat saudara. Sebelum hari ini gue sudah siap-siap mental menghadapi senin yang penuh dengan ujian berat. Bukan karena setumpuk ulangan atau tugas, melainkan sesuatu yang gue sebut ujian mental. 

Gue seperti pion, yang sudah memilih maju, dan enggak bisa mundur lagi. Gue memang sudah berniat menjadi pion, dan nggak mau tergoyahkan lagi. Pun, kalo ketika gue sedang berusaha menjadi pion yang baik tapi ternyata udah dimakan lawan di tengah jalan, gue bakal terima resikonya. seperti hari ini. Hari yang penuh dengan resiko. 

Gue belajar banyak hal hari ini. Menjadi orang lebih baik dari sebelumnya itu memang sulit, tapi melewati fase itu merupakan suatu pengalaman yang spektakuler. Gue bener-bener merasakannya hari ini. Hari di mana gue harus membangun benteng sekokoh mungkin sebelum gue berangkat, dan harus berperang melawan mereka yang ingin menghancurkan benteng yang udah gue buat. meskipun enggak 100% berhasil, tapi gue rasa benteng yang gue buat sudah cukup membantu. Sekali lagi, membuat benteng itu sendiri enggak mudah, apalagi mempertahankan kekokohannya. Menjadi orang hebat yang berhasil menjaga kekokohan sebuah benteng itu susah, tapi gue akan mencoba. Sekali lagi, buat gue, benteng itu bukan tempat untuk bersembunyi, tapi buat bertahan, dan mengatur strategi. 






Jumat, 28 September 2012

Achievement for Society

Hari ini gue dapet pelajaran berharga tentang keputusan yang gak boleh gue sesali. Gue pernah bilang sama diri gue sendiri untuk nggak pernah menyesal (di kemudian hari) ketika gue sudah mengambil keputusan yang berhubungan dengan hal sakral yang gue sebut   k e s e m p a t a n. 

Suatu hari, gue pernah menolak sebuah kesempatan - a really big one - dan kemudian beberapa waktu yang lalu, gue sempet sedikit kecewa dengan keputusan yang gue buat dulu. Intinya gini, ketika gue dan temen gue dihadapkan pada sebuah kesempatan, gue memilih menolaknya, sedangkan temen gue mengambil kesempatan itu. Tentu gue nggak asal nolak, ada pertimbangan lain dibalik keputusan gue. 

Hingga pada suatu ketika temen gue berhasil memaksimalkan kesempatan yang dia punya waktu itu, sedangkan gue enggak. dia berhasil meraih prestasi untuk dirinya dan keep on looking for other chances up till now. sedikit kekecewaan bercampur dengan - oh it's really hard to say - envy. 

tapi semakin gue move on dari kegalauan pencapaian itu, gue semakin yakin bahwa gue nggak harus memacu diri gue buat bisa reach what others can reach for themselves, tapi lebih ke what I can reach for me myself, and for the society around me. 

Hari ini, gue merasa beruntung banget karena gue punya kesempatan yang nggak dimiliki orang lain yang semestinya juga bisa memaksimalkan kesempatan itu. gue merasa, it's okay gue nggak terlalu sibuk just to take care about my achievement, just to empower my ability, just to prepare another championship - or whatsoever. Gue percaya kalau Tuhan pasti bakal kasih chance buat gue just to take care about my achievement. hari ini, bukan sembarang achievement yang gue dapet, tapi sebuah achievement for society.

ada rasa yang berbeda ketika kita berjuang demi nama baik kita sendiri, dan nama baik sebuah society - or simply - sebuah organisasi. Gue sadar, kalo gue nggak harus selalu egois mikirin pencapaian diri gue sendiri - sedangkan society nya nggak sukses. justru, even if kita nggak sukses dengan pencapaian pribadi tapi bisa menyukseskan sebuah society it would be the biggest achievement, ever and ever. 

Thank God, thank's for this beautiful Friday :)

Rabu, 19 September 2012

Some people do not use their ___________ nicely. 

brain
hand
tongue
eyes
ears
ability
chance
faith



Kamis, 13 September 2012

Otak

Gimana rasanya dapet nilai MIPA 100? seneng? loncat-loncat? teriak-teriak? atau lari marathon karena emang nggak pernah ngerasain? 

Gue belum pernah ngerasain, dan gue juga nggak akan lari marathon karena dapet 100. 
Ada sebuah pertanyaan di benak gue beberapa hari ini. Apakah orang pintar itu mereka-mereka yang selalu mendapat nilai bagus di pelajaran MIPA? Jawabannya tentu saja IYA, since gue sekarang masuk jurusan IPA. Jadi di mana-mana orang pinter ngitung, orang pinter analisis, pinter logika, pinter whatsoever tentang hal-hal exact yang sometimes full of shit (in my opinion).

Pernah gue berpikir untuk memiliki empat otak - yang definitely nggak akan bisa - tapi Alhamdulillah udah punya satu. Kalau gue punya empat otak, gue akan menggunakan otak pertama untuk memikirkan pelajaran formal - something like kegiatan akademis di sekolah. whatever mapelnya, gue berusaha untuk suka. 

Otak kedua akan gue pakai buat bersosialisasi, berorganisasi. Mengapa? karena berorganisasi tanpa otak itu the real shit. banyak hal yang akan didapat di organisasi - sosial dan sebangsanya ini. Kemampuan otak jelas sangat dibutuhkan karena bekerja di lapangan jauh lebih keras daripada bekerja di dalam kelas. (Asli, gue udah ngebuktiin). 

Otak ketiga gue manfaatkan untuk belajar ketrampilan non-akademik seperti seni dan olahraga. both, are things yang gue suka dan nggak bisa gue tinggalkan. tapi sayangnya, gue nggak bisa serius menggeluti mereka karena si akademik minta porsi lebih banyak. Padahal sebenernya, seni dan olahraga ini lebih sulit dipelajari dibanding si akademik. 

Otak keempat khusus buat kebutuhan rohani. Apa aja deh yang ada hubungannya sama batin, hati, perasaan, keyakinan. Otak yang paling sakral diantara semuanya. 

Besok gue ada ulangan biologi, dan mungkin matematika, ditambah bahasa Indonesia. kalau gue punya keempat otak di atas, nggak usah belajar ngoyo pasti udah bisa. tapi otak gue cuma satu dan malam ini gue justru nulis di blog - sesuatu yang gue katakan nekat. 

Sebenernya nih otak juga udah ogah diajak belajar yang dia nggak suka. kalau boleh gue milih pelajaran sesuka gue, nih otak udah pasti nyuruh-nyuruh gue ambil 2 mapel ips 2 mapel ipa dan 2 mapel bahasa. terus ambil olahraga renang sama lari, ambil seni gitar sama biola. Masalahnya ini Indonesia, di mana otak-otak tak berdaya harus patuh menerima jatah mereka dari kurikulum yang dibuat negara yang katanya besar ini. 

Rabu, 25 Juli 2012

Si Kecil

Si kecil terlelap di atas sajadah mungilnya, diselimuti sajadah ibu yang besar. tidurnya begitu nyenyak di tengah riuh anak-anak lain yang bermain di luar mesjid. mungkin Si kecil lebih senang bermimpi akan hari anaknya daripada harus berlari-lari di luar bersama teman-temannya yang lain. 

sekitar sepuluh menit sebelumnya, Si kecil masih berjalan-jalan di dalam masjid dan sebelumnya juga masih dipeluk-peluk Ibu. Si kecil begitu lucu layaknya bocah enam tahunan yang ikut menyambut ramadhan dengan sholat tarawih bersama neneknya. Selepas ibu memeluk Si kecil cukup lama, gue terkejut sewaktu melihat ibu seperti menahan tangis. 

Ternyata Si kecil yang lucu itu sudah tidak punya ibu. Si kecil dan kakaknya yang masih SD kehilangan ibu mereka sekitar beberapa bulan yang lalu - atau bahkan tahun lalu - gue lupa. Gue inget ada tetangga gue yang meninggal, tapi gue nggak ngeh kalau itu ibu Si Kecil. Mendadak gue pun ikutan iba, dan suasana tarawih gue pun dihiasi sentlap-sentlup dari gue dan ibu. 

Si kecil nggak sendirian, keponakan gue sendiri, juga merasakan hal yang dirasakan Si kecil dua tahun lalu. sekarang, keponakan tersayang gue sudah bisa tumbuh besar dan bersekolah seperti teman-temannya yang lain - yang masih memiliki ibu. 

Si kecil memang tidak harus bersedih, apalagi menderita. Si kecil tetap harus tumbuh besar seperti anak-anak lain meskipun di bawah asuhan neneknya. Si kecil pasti pun bisa meraih apa yang ia inginkan. 

Sabtu, 14 Juli 2012

Auf wiedersehen zehn zwei!

it was started here

and we were the worst of them all. 

but who cares? It's our faith to be united. 
though we fell down, though we never won, though it was such a hard time to through all the waves but it was nice to be united as a Zehn Zwei

Danke, und Auf wiedersehen Freunde und Freundinnen! 

adam | luthfy | keke | hasna | astrid | aulia | benita | clara | hafidh | hana | 
hendry | tiva | isti | isyfan | laely | raka | diki | zaky | ais | hafiz | ovan | tomi | 
resva | rifa | thesa | sonya | sari | tika | vista | ayuk | me

Senin, 25 Juni 2012

Sholat Khusyu' itu Mudah

One day, gue nggak sengaja lagi cari-cari buku di rak, dan fancy finding this book 


Jujur, pertama kali lihat judul bukunya, gue langsung tertohok, since gue merasa selama ini ibadah gue kurang khusyu'. menurut buku itu, modal sholat khusyu' cuma ada 5 :

1. Jadikan sholat sebagai kebutuhan utama dari jiwa.
2. Pelajari dan pahami kembali ilmu sholat.
3. Siapkan waktu khusus dan cukup untuk mengerjakan sholat.
4. Lakukan sholat dengan penuh ketenangan dan kesungguhan.
5. Berhentilah mengerjakan dosa dan maksiat.


Dalam kenyataannya, di beberapa sholat gue seperti ini : 

Allahu Akbar. (Aduh, mukenanya bau). Allahu Akbar (Lhoh, kok mukenanya merosot-merosot gini sih). Samiallahuliman hamidah. Allahu Akbar (Aduh, kebanteren sujude). Allahu Akbar. Allahu Akbar (Eh, iki mau rakaat kepiro) dst, dst.. 

See.. teori itu mudah, dalam kenyataannya, ketika kita sholat di tempat umum, saat banyak gangguan, banyak hal yang harus dikerjakan, sholat khusyu' itu susah. Tapi, walau bagaimanapun juga keadaannya, kita tetap harus beribadah se-khusyu' mungkin. Masalah diterima atau tidak, bukan kuasa kita.

Sabtu, 19 Mei 2012

Tak usahlah kau banyak bilang Rasisme

"Pemicu utama konflik sebenarnya ketidakadilan, bukan SARA"
Jusuf Kalla
                                                      

Kamis, 17 Mei 2012

Day-off

Nggak ada yang bisa menyangkal tugasnya anak sekolah itu uncountable. Bikin stress, pusing ngatur waktu, capek dan lain-lain. Begitu pun salah seorang temen sekolah gue yang merasa these days jadwal belajar - sekolah - ngerjain tugas - ekskul dan kesemuanya amburadul, berantakan, nggak keruan. 

Hingga pada suatu hari, ia membuat suatu keputusan - yang menurut gue itu keputusan besar - untuk melakukan "Day-off". Day off ini dijalankannya dengan stay at home pada weekdays demi merampungkan semua tugas-tugas yang numpuk dan belajar penuh buat pelajaran esok hari. 

Awalnya gue bengong dengan apa yang dia katakan sewaktu gue ketemu di sekolah. dia awalnya nggak begitu terbuka dengan apa yang dia lakukan di rumah tapi setelah gue tahu, gue justru salut sama dia, yang berani mengambil keputusan dan melakukan tindakan nyata. 

Buat pelajar seperti gue dan teman-teman gue libur sehari memang suatu anugerah. Bagi mereka yang kerajinan, pasti sehari itu buat nyelesain tugas-tugas, tapi buat yang rada males, yah paling buat main keluar sekalian refresh mind yang udah suntuk sama belasan pelajaran per minggu. 

Gue sendiri belum pernah melakukan Day-off untuk menyelesaikan tugas-tugas gue yang berantakan. Gue tetep berangkat meskipun PR belum kelar, belum belajar buat ulangan and so forth. Gue nggak punya cukup keberanian untuk memutuskan nggak sekolah sehari demi ngerjain tugas yang bejibun meskipun gue butuh. Ya, gue terlalu memaksa - whatever will be, I'll be there

Tapi mungkin, bagi yang bener-bener stress managing time, Day-off ini bisa menjadi salah satu alternatif ketika di tengah perjalanan banyak komponen yang rusak dan harus diperbaiki. Kita harus berhenti, agar di perjalanan selanjutnya komponen-komponen bekerja secara prima dan kerusakan nggak merambah ke mana-mana. Meskipun sopir terus jalan, tapi nggak ada salahnya buat berhenti sebentar, memperbaiki dan melaju pesat ke depan. 

Rabu, 18 April 2012

It's hung, It's branded, It's expensive

Banyak yang berpendapat bahwa sifat-sifat suatu barang  berbanding lurus satu sama lainnya. Seperti halnya harga yang mahal, diikuti Merk yang terkenal, dan kualitas yang baik. Namun, statement tersebut tentu tidak konstan dan bisa dipatahkan. 

Suatu hari gue pergi ke (sebut saja mall) di salatiga sama ibu. kami memang berencana beli sesuatu. Pertama gue memilih sesuatu itu berdasarkan merk, dan memang benar branded stuff need to be paid more, tapi gue nggak ragu karena kualitas untuk sesuatu itu memang jauh lebih baik daripada gue beli sesuatu yang nggak bermerk. 

Selanjutnya gue mencari-cari sesuatu yang lain di bagian yang enggak hung. Awalnya tentu setiap orang berpikir yang enggak hung itu pasti enggak bermerk dan harganya lebih miring. Awalnya gue lihat, ya memang harganya agak miring, tapi entah kenapa gue ragu untuk ngambil sesuatu yang enggak  hung itu, dan mbak-mbak nya juga nyaranin gue ambil yang branded, yang hung

Sampailah gue didepan barang-barang yang hung, dan gue pun disamperi lagi sama mbak-mbak yang menjelaskan ini itu dan pada akhirnya dia bilang,

"Ini diskon 50%.."

Setelah gue itung-itung jatuhnya hung stuff itu jadi 2x lebih murah daripada barang yang enggak hung. akhirnya gue ambil deh barang hung itu tadi. 

Gue awalnya bertanya-tanya kenapa harganya bisa aneh kayak gini? Pada dasarnya gue memang orang yang nggak suka belanja,  jadi kalo urusan barang dan harga, gue sedikit enggak mengerti, bahkan diskon atau pun enggak, sebenernya gue enggak begitu peduli, tetep aja bakal gue ambil hung stuff itu, karena gue sebenernya menganut paham "Harga, Merk, dan Kualitas yang berbanding lurus".

Sabtu, 31 Maret 2012

Ranting, dan mimpinya (Obsesi)

Jadi begini, setiap orang pasti punya panutan dalam meraih cita-cita, termasuk gue juga. Seseorang telah sukses menginspirasi gue biar gue bisa rajin belajar, meraih apa yang dia raih dan sebagainya. Tapi gue juga tau bates kemampuan diri gue sendiri, mana kira-kira kelebihan gue daripada dia, dan mana kelemahan gue daripada dia, sehingga gue mengambil kesempatan lain dengan keuntungan yang sama besar (semoga). 

Tapi tentu ada yang nggak setuju dengan pemikiran gue tadi. Salah satunya adalah temen gue, sebut saja dia Ranting. Ranting, seperti kebanyakan orang tahu, dia bukan orang yang hebat yang menang olimpiade di mana-mana. Dia hanya pelajar laki-laki biasa berusia 15 tahun yang memiliki mimpi, tapi semakin kesini, gue semakin sangsi, apa itu mimpi yang dia punya, atau sekedar obsesi. 

Semenjak SMA, ada banyak perubahan dari dia. Mulai dari fisik, sampai psikologis, semua berubah 180 derajat. Gue seakan nggak mengenal dia sekarang, dan semua orang setuju, dia sudah berubah. Bukan Ranting yang gue kenal dulu, bukan Ranting yang bisa gue ajak bercanda, jalan-jalan, ketawa-ketiwi, curhat, dan lain sebagainya. 

Hari ini, gue semakin tersadar perubahan dalam diri Ranting. Dia, begitu terobsesi akan seseorang yang dia anggap sebagai panutan. Dia, meniru segala tingkah laku seseorang pujaannya. Dia, mencoba menjadi seseorang yang ia puja, bahkan membaca novel yang dibaca seseorang yang ia puja, padahal, selama ini, dia nggak pernah baca novel, kecuali terakhir, pinjem Cinta Brontosaurus nya Raditya Dika dari gue. 

Dia bilang dia punya mimpi, ingin begini ingin begitu. Dia bilang dia sedang berusaha menggapai mimpinya. tapi kenyataannya yang dia lakukan hanya menghabiskan waktunya untuk berkiblat dan mematuhi seseorang yang ia jadikan panutan - yang ia panggil senior. Dia tidak pernah belajar, kata seorang teman gue. Sepulang sekolah dia hanya sibuk dengan organisasi yang ia dewa-dewakan, dan pulang ke rumah sore hari dalam keadaan lelah. Oh, pantas. 

Gue semakin yakin, yang ia punya bukan mimpi, tapi obsesi. Mimpi itu sesuatu yang luhur yang kita ukir perlahan-lahan dengan ketulusan dan pada akhirnya (InsyaAllah) dapat terwujud seperti yang kita inginkan. Obsesi dipenuhi nafsu, keinginan untuk meng-imitasi dan dilakukan dengan ambisi yang tinggi tanpa memedulikan kemampuan diri sendiri. 

Sayangnya, gue nggak bisa berbuat apa-apa untuk menyadarkan Ranting. Gue terlalu takut untuk bilang, karena gue juga nggak yakin opini gue sepenuhnya benar. Gue inget banget, Ranting tadi bilang ke salah seorang teman gue, 

"Gue pengen memperbaiki hidup gue.."

Sebagai teman, gue cuma bisa berharap semoga hidup Ranting bisa lebih baik di masa yang akan datang.

Senin, 26 Maret 2012

I know now I have been disappointed by myself, even it's twice more painful. First, I've made such a wrong choice. Second, I didn't even use my chance appropiately just because I hesitated of something that wasn't certainly happened. Now I wish to have another chance just to make them better, but wish is just a wish. This is the role I'm playing, what I have started have to be completed though it's not always good for me. 
I promise to discover myself, someday - after finishing this role - and I may not make mistakes, anymore. 

Jumat, 23 Maret 2012

Mejanya Nakal

Suatu ketika guru matematika gue bilang
"Banyak orangtua yang sudah salah mendidik anaknya.."


contoh konkritnya seperti ini:
Ketika si orangtua punya balita imut-imut yang lagi belajar jalan, kesalahan ini sering kali dilakukan. Si anak yang masih nggak berdosa ini jalan eh nggak taunya nabrak meja di depannya yang lebih gede dari badan si anak. Reaksi si anak biasanya menangis, atau teriak sambil menangis memanggil ibunya (sama aja ya). habis itu si orangtua mendekat dan mengelus-elus badan anaknya yang ketatap meja, seraya berkata,

"Wah mejanya nakal yah, (mukul meja) tuh, udah dipukul sama ibu, nggak papa ya..

Si anak kontan gembira atau tangisnya mereda. Masalah tabrak menabrak meja selesai, tapi masalah karakter anak di masa depannya, belum selesai. 

Sekarang begini, dari kasus tersebut memang si Ibu mengajari anaknya untuk tidak mudah menyerah dalam belajar berjalan. namun di sisi lain, justru kata-kata "menyalahkan meja" menjadi bumerang bagi masa depan anak. Meja, hanya sekedar benda mati berjenis kelamin laki-laki yang nggak bisa berjalan apalagi nabrak orang. Meja memang punya kaki, tapi meja tanpa gaya nggak mungkin tiba-tiba menabrak si bocah tadi kan?

Harusnya si Ibu menanamkan kepada anaknya bagaimana cara belajar berjalan yang benar dan menghindari meja, bukan menyalahkan mejanya yang nakal. Mana mungkin meja bisa nakal? sekarang kalau saja meja bisa bicara, dia pasti sudah marah-marah ditabraki si balita yang berjalannya masih membabi buta. Jadi, jika dipandang dari sudut si meja, yang salah jelas si balita seenaknya menabrak dia. 

Jika kultur "Menyalahkan meja" terus dilakukan para ibu, karakter buruk dari si anak nggak mungkin terelakkan. karakter si anak akan terbentuk menjadi orang yang suka menyalahkan orang lain, tanpa introspeksi diri bahwa mungkin dirinya sendirilah yang bersalah. Itulah mengapa banyak kasus di Indonesia yang nggak rampung-rampung, ketika si tersangka diminta bersaksi, kebanyakan dari mereka mengelak dan melakukan pembelaan mati-matian. Yang lebih parah lagi, ada ada saja orang yang tidak terima dirinya kalah di pemilu kemudian menuntut rivalnya yang menang. Hah, andai saja para politikus Indonesia seperti Ramos Horta yang dengan besar hati menerima kekalahannya. Mungkin sewaktu kecil, ibunya tidak pernah mengajarkan kultur "Menyalahkan Meja", mungkin. 

Jumat, 16 Maret 2012

Musuh



Ada yang mengatakan bila musuh dapat membuat mereka lebih kuat. 
Sedangkan di olahraga beladiri Wushu, disebutkan bahwa musuh terbesar manusia adalah dirinya sendiri. 

"Jadi, ketika ada orang yang berpendapat bahwa diri mereka kuat, 
maka mereka sedang menjadi musuh terbesar diri mereka sendiri." 

Gue = Sepuntung Rokok

Suatu sore gue mau berangkat les musik, naik angkot. gue hampir sampai di bibir gang, ada angkot nomor 6 melintas ke utara. Tapi berhubung gue nggak mau ke utara, ya gue biarin aja tu angkot lewat. setelah gue sampai di bibir gang, eh ternyata si angkot nungguin dari kejauhan (dan udah kebablasan banget). Gue diemin aja lah tu angkot, orang niat gue juga mau nyebrang. 

Setelah gue nyebrang si angkot berlalu. Gue pun memulai menunggu angkot nomor 5 atau 6 menuju ABC. Nggak berapa lama, ada angkot nomer 6 agak ngebut ke arah selatan, ya gue stop aja, mumpung cepet ada angkot. Gue masuk, eh kosong, blong. Sewaktu gue duduk, gue ngerasa ada yang aneh dan nggak asing sama ini angkot. Beberapa detik kemudian gue sadar, ini adalah angkot yang melintas ke utara dan nungguin gue tadi. Jadi si sopir muter terus bela-belain ambil gue gitu? 

Iya. emang bener, tu angkot kosong banget soalnya. sempet berpikir yang aneh-aneh sih, tapi peduli setan. gue pun berpikiran positif bahwa memang si bapak sopir bekerja begitu keras mengejar setoran menghidupi anak istri. Gue pun berencana mengeluarkan uang 2000 rupiah, padahal biasanya gue cuma bayar 1000 meskipun pake baju bebas. 

Si sopir akhirnya nanya gue mau turun mana. gue bilang ABC (kenapa gue bilangnya ABC?). terus si sopir bilang kalo mau nurunin gue di halte. Gue ngangguk aja toh tempat lesnya deket dari halte. Sampe di halte gue turun dan menyerahkan 2000 rupiah gue. Guess what happened?

"Mbak rokok e siji!" teriak si sopir dari belakang kemudi ke ibu-ibu penjual rokok di halte. 

Uang 2000 udah gue kasihin, terus gue langsung jalan ke tempat les.Gue berjalan kayak orang bingung, dan emang gue saat itu bingung. bagaimana bisa, si sopir melakukan hal itu? Gue ngerasa nyesel udah ngasih 2000 ke bapak tadi. Asumsi positif yang gue kasih tentang bapak tadi lenyap seketika. Baru kali ini gue merasa bodoh, dan gue sadar bahwa gue dikejar-kejar sopir angkot yang mengejar 2000 rupiah gue untuk sepuntung rokok.

Sabtu, 18 Februari 2012

A bookchat with New Pal

Yesterday when I confused to pray in UKSW, I met new pal - actually she was my competitor in speech contest - from SMA 3 Semarang, her name was Yulinda. After having such a difficult prayer, fortunately, we became good friends. I accompanied her because her friends were having another competition. 

Having no activities to do, I invited her to see the debate of my friends' (mas Yeri, mbak Ulin and Dhinta's team). But we found that it was boring and we couldn't have a loud conversation inside. so we had such kind of bookchat. check this out

Y : My boyfriend is so busy. he doesn't reply my sms yet :(  I'm afraid if my sms is read by his senior in OSIS. hope it will not happened. anxious. 
E : it's okay. so, are you okay when your boy is busy? I mean don't you feel annoyed or maybe lonely? 
Y : I feel so lonely but I have to understand his activities. just be patient person. I just wanna be nice girl for him
E : Wow. I wish I could be like you. Well my boy is also busy, esp. when he is *sensor*. you know what, I *sensor* *sensor* instead. 
Y : haha, but *sensor* is cool (I think) But his time for me is limited. through the telephone, sms is the way to us to communicate. 
E : Actually, yes *sensor* is cool. but the *sensor* in my school are arrogant. as if they were the strongest and whatsoever. back yo your boy. have you ever gone somewhere with him? 
Y : yeah. but not for now. in OSIS is forbidden to relationship :(  I went to restaurant to celebrate his birthday last year. it's the lastest meeting for us. 
E : I'm sorry to hear that. you must be a very strong girl :) haha. so, how long have you been having a relationship with him? 
Y : 24 June 2010 - till the end of time :) right now, I do the backstreet relationship. haha I will survive :)
E : wooo what a long :D okay. I'm speechless. do you ever have problems with him? 
Y : Sometimes, but I always forgive him. he is the first boyfriend I ever had. although he isn't my first love exactly. but he can make me fall in love. how about your boyfriend?
E : He's my 2nd, our anniversary will be 1st may, hmm. He is my classmate (it's been 3 years). what else should I say? He's enchanting. hahaha.
Our bookchat was ended since the debate was over. we continued chatting orally.

to Yulinda : Once more, I wish I could be a girl, like you. 

Selasa, 31 Januari 2012

The beauty of Falling

Sore ini, gue berencana buat sepedaan sekalian fotokopi rapot, kangen, udah lama banget nggak sepedaan. Dengan celana pendek kaos jaket dan tas gue pun bersiap. Gue ambil sepeda dari belakang. sewaktu gue geser, ada bunyi sesuatu. dan setiap gue geser, bunyi itu selalu berbunyi. ah, tapi gue nggak peduli, yang penting sepeda ini masih bisa dipake. 

Gue pun berjalan perlahan menyusuri sorenya kota salatiga yang gerimis - dan parahnya gue nggak peduli saat itu gerimis - gue memacu sepeda dengan semangat. gue sedikit muter-muter mencari toko foto kopi (toko? bener namanya toko?). gue males kalo yang deket-deket. gue berencana ke daerah kartini akhirnya. 

Gue lewat jalan sukowati, arah pansi - emang pengen muterin pansi sih. gue berjalan pelan di depan kantor walikota karena memang jalannya menurun dan licin. sampai di persimpangan, gue lihat avanza putih jalan biasa. ya udah biasa aja, gue nggak nabrak avanza kok, tapi tiba tiba gue merasakan sensasi dahsyat melebihi naik paus akrobatik ke rasi bintang paling manis, melebihi putaran-putaran saat meroda bahkan rol belakang. 

Suddenly..
"Goblok!" 

itu gue sendiri yang bilang. harusnya pada saat seperti itu gue bilang Astaghfirullah, atau Allahu Akbar, atau justru Alhamdulillah karena gue masih selamat. tapi berhubung nih bibir udah kebiasaan ngomong jelek, ya udah, reflex. 

okay, to the point, saat itu gue terjerembab di tengah-tengah pertigaan yang sepi dan licin. gue habis njungkel dan sensasinya cucok abis. ini pertama kalinya dalam hidup. gue malu, setengah gila. astagaa gue langsung bingung harus gimana. 

gue pun memutuskan untuk ke masjid cuci kaki tangan gue yang habis nyium aspal. eh, ada luka di lutut. pegelnya astagaaa. padahal gue masih harus genjot, dan ini belum perjalanan pulang. mantap -__-

sampai di fotokopian, gue baru nyadar kalo jaket gue kotor semua. setelah melalui perjalanan panjang nan melelahkan, sampai rumah gue langsung kucek jaket dan yah capek bos. gue nggak berencana bilang ini ke orang tua. haha bisa diketawain konyol gue gara-gara kecelakaan tunggal yang susah banget di-express-in. gue bahkan nggak bisa ngebayangin muka gue tadi kayak apa. 

Saran :
1. Nggak usah sepedaan meskipun gerimis, ujan angin, badai, ujan deres ato apapun. tunggu aja sampai panas, itung-itung tanning gratis. 
2. Sepedaan pake celana pendek itu enak, tapi kalo jatuh, lutut jadi korban. beware! 
3. Pastikan sepeda dalam keadaan prima, nggak bunyi 'nciit... nciit' gitu lah. 
4. Gunakan suku cadang asli jika terjadi kerusakan, hubungi (0298) 313559 

"Falling is really something.." 

Happy birthday Kiko!

Happy birthday my lovely nephew !
Wish you'll grow up fast and you'll be such an outstanding boy 
I'm sure if she's here, she will be very proud of you :)


With love, 
Aunty 

Minggu, 22 Januari 2012

My mind, If you don't mind

Got no idea. Got no idea how could this situation happen to me, to you, to us. 
I'm changing, and you are so. But we seemed in a different polar, different world. I don't know what this is. I don't know how to solve this. But to be honest, this is how I feel 

these stuff sound suck, unimportant, ridiculous, or whatsoever. I am a very normal sixteen year old girl, I am feeling this, I am saying this, I am trying to show you and I'm not lying. Remember, it's only if you don't mind. 

"..When I look into your eyes, you're not even there.." Just a feeling - Maroon 5 

Minggu, 08 Januari 2012

Sabuk

Firstly, gue mau minta maaf, karena dulu gue ninggalin lo gitu aja tanpa alasan yang jelas. Tapi gue juga grateful banget atas apa yang udah lo kasih ke gue selama lo masuk dalam agenda keseharian gue, dulu. berkat lo, gue tau apa yang namanya keberanian, kekuatan, kebersamaan, tanggung jawab, keseriusan dan lain sebagainya. 

Dulu, memang gue cuma coba-coba sama lo. Gue nggak pernah mencoba seserius itu sama lo. Ada tujuan lain di hidup gue, dan itu bukan lo. Ada masa depan lain di hidup gue, dan lo nggak mungkin jadi masa depan gue, nggak mungkin. 

Setelah gue ninggalin lo lebih dari setahun ini, gue mulai kangen. kangen sama lo, kangen sama yang lain, kangen tantangan-tantangan. lo udah membawa gue meraih berbagai penghargaan, sayangnya gue memang nggak bisa menjadikan lo yang nomor satu dalam hidup gue. 

Gue keinget pesan dari Sabum Nim Sulis - yang sekarang sudah menjadi Master Sulis - saat gue ujian, entah   geup berapa gue lupa.

"Kalian adalah calon senior yang nanti akan membina yunior-yunior kalian. Itu kalau kalian serius, kalau tidak, ya paling-paling hanya jadi sabuk merah abadi." 

Saat itu gue bertekad untuk lebih serius latihan, tapi karena berbagai alasan, jadilah gue pecundang. Jadilah gue 'Sabuk Merah Abadi' yang dibilang Master Sulis. Gue memang sempet membina adek-adek yunior yang kecil, ngajari nendang Ap chagi dan jurus jurus dasar lainnya. Tapi gue berhenti di tengah jalan. 

Sebentar lagi Februari, sebentar lagi popda. udah dua tahun gue nggak ikut. dan rasanya seperti krupuk yang mlempem. Gue mungkin memang bisa melatih diri gue lagi, tapi gue nggak bisa balik sama lo lagi, di saat yang seperti ini. Ini keputusan gue, dan gue nggak akan pernah menyesal pernah mengenal lo selama lebih dari 3 tahun. 

"Untuk Dobok yang nggak pernah gue pake lagi sekarang, untuk 8 sabuk yang gue dapatkan setelah gue berusaha keras setiap ujian, untuk piala-piala kejuaraan, untuk kejayaan Taekwondo Indonesia - 
감사합니다 "