Jumat, 05 Februari 2016

SEE THE UNSEEN

Jangan ditanya mengapa Saya lama tidak menyentuh dashboard blogger ini. Tidak ada bensin, Saya bilang. Telah lama Saya tidak memiliki ide untuk menulis apapun, sebaris apapun. Anda boleh bilang Saya mahasiswi tingkat dua yang gagal mengembangkan kemampuan menulisnya, Saya akui itu. Kalau Saya boleh beralasan, selama hampir dua tahun terakhir otak Saya dijejali pasal-pasal, asas-asas, berbagai hal rigid mengenai legal basis, pelanggaran, kejahatan, klausula eksonorasi, pasar modal, masyarakat hukum adat, kesejahteraan rakyat tani, dan sebagainya dan sebagainya. Saya terlalu malas untuk membaca buku-buku dan hanya terpaku pada menghafal presentasi yang diberikan oleh dosen. 

Akan tetapi, tidak ada gunanya Saya berpanjang lebar membahas apa yang Saya pelajari jika Saya tidak membagi apa yang Saya ketahui. Ya,Saya masih 'Cupu' untuk menulis artikel esai paper apapun tentang hukum (kecuali desakan tugas). Maka dari itu, oleh karena kata mungkin terlalu sulit untuk dirangkai menjadi indah, Saya suguhkan saja beberapa hal yang mungkin Anda belum/ tidak pernah melihat. 





















Senin, 29 Juni 2015

Pasca Scrolling Down Timeline Mas X

Betapa berdebunya blog saya. 

Saya bukan mahasiswa yang sesibuk itu hingga tidak sempat menulis. Saya tertampar malu ketika siang hari ini saya lihat-lihat timeline seorang teman di facebook, sesama mahasiswa sosial humaniora yang rajin menulis, mengkritisi, berretorika, dan melakukan sekian banyak hal yang produktif. 

Saya sebenarnya juga tidak se-tidak produktif itu. Saya ikut organisasi, menjadi panitia di sana sini, mengenal birokrasi, dan sebagainya. akan tetapi, banyak waktu terbuang mengapa saya masih merasa hampa. kosong. masih ada beberapa hal yang saya rindu untuk lakukan. namun saya tidak punya waktu (sok tidak punya waktu, sih). katanya kalau mau bagus, fokus di satu hal. apa bisa saya begitu? hmm. saya tidak yakin. 

Ketika saya membuka kembali blog ini (yang mana saya hampir lupa email dan password-nya) saya merasa ingin sekali bisa menulis. menulis yang benar-benar menulis, tidak hanya menulis untuk memenuhi tugas kuliah atau mengisi waktu mengerjakan tugas teman. tapi saya merasa tidak bisa. tidak bisa karena saya terlalu malas, dan tidak bisa karena saya terlalu tidak kreatif. 

Saya memulai libur dua bulan saya dengan pertanyaan besar: Apa yang akan saya lakukan?
ada kawan saya di kampus yang sudah begitu giat berbisnis, ada yang sudah ambil part-time, ada yang bantu ibunya berwirausaha, dan lain sebagainya. kemudian yang ada di benak saya liburan ini hanyalah menonton film, beres-beres rumah, mendengarkan lagu, menyanyi-nyanyi, menonton TV, makan-makan bersama teman, berbelanja, dan sebagainya. 

Betapa malasnya saya. Saya sungguh merasa gagal menjadi mahasiswi PTN ternama yang menginjak usia 20 pada akhir tahun ini. Semoga kawan yang lain tidak seperti saya, ya, selamat berpuasa. 


Minggu, 07 September 2014

Cerita Seperti Ini

Dulu saya tidak pernah membayangkan akan mengetahui cerita seperti ini. Cerita wanita-wanita kuat pejuang keluarganya. Dulu saya tidak mengerti bagaimana rasanya hidup berbeda, berdampingan. Saya awalnya tidak mengerti mengapa harus seorang wanita hidup dengan jalan yang tidak pernah bisa saya bayangkan sebelumnya dan berusaha sekuat tenaga untuk berbahagia.

Ternyata hidup saya selama 18 tahun belakangan ini biasa-biasa saja. Tinggal dengan orangtua, kakak, tetangga, teman. Sekolah di sekolah negeri, pulang menaiki kendaraan umum, bertemu teman baru, berpisah dengan teman lama, mengerjakan tugas sekolah, remidi, gagal SNMPTN, dan seterusnya dan seterusnya. Semua itu biasa saja.

Sebelumnya saya belum pernah tahu bagaimana hidup orang yang terkena PHK, tidak pernah tahu hidup balita yang jauh dari mamanya, tidak pernah tahu bagaimana hidup anak kembar, tidak pernah tahu bagaimana rasanya keluar, kemudian kembali lagi.

 Ya, keluar, kemudian kembali lagi.

Rabu, 28 Mei 2014

Für Immer Jung

So many adventures couldn't happen today
So many songs we forgot to play
So many dreams swinging out of the blue
We let them come true

Forever Young - Alphaville (1984)

Rabu, 30 April 2014

Kampung Tanpa Halaman

Bapak dan Ibu saya dua-duanya tidak berasal dari desa yang permai. Bapak saya asli Semarang, kota atlas tepatnya di kampung sekayu - satu kampung dengan NH Dini - sedangkan ibu saya asli Salatiga, tepatnya dari kalioso kidul. Jika saya berkunjung ke rumah teman saya di desa, saya merasa sangat senang dan ingin sekali tinggal di desa, namun apa boleh buat, saya lahir dan besar di kota kecil ini, disyukuri saja. 

Di kota, kampung-kampung kecil semakin terancam. Seperti halnya kampung sekayu yang awalnya luas, semakin hari semakin terdesak karena banyaknya tower-tower yang dibangung untuk hotel, kondominium, mall, dan semacamnya. Di daerah Plampitan Semarang, juga sama saja. Kini dari jarak pandang kurang dari 100 meter sudah dapat kita temui bangunan apartemen. Itu baru dua daerah di Semarang, sisanya masih banyak lagi yang saya tidak ketahui nama daerahnya. 

Fenomena semacam itu saya kira hanya akan terjadi di Semarang, di kota-kota besar, namun rupanya di kampung saya tinggal saat ini - Kalioso - bangunan besar juga mungkin dibangun. Kata bapak saya, di Jalan Senjoyo saat ini sedang dibangun sebuah bangunan besar yang akan dipergunakan sebagai mall. Bahkan rencananya, seberang rumah saya nanti lama-lama jadi bagian belakang dari mall tersebut. Ah, bagaimana rasanya bertetangga dengan mall? 

Dengan alasan kesumpekan, tentu tinggal di desa yang permai lebih menyenangkan. Tetapi hal itu bisa tiba-tiba berubah menyebalkan apabila tiba-tiba daerah yang kita tinggali terkena 'jatah' jalan tol, jalan lingkar, dan jalan-jalan yang lain. Terdesak lagi, terdesak lagi. Akhirnya orang desa pindah ke kota, padahal di kota sudah sumpek, pol

Mau ke mana kita? Rumah Dora.