Kamis, 13 September 2012

Otak

Gimana rasanya dapet nilai MIPA 100? seneng? loncat-loncat? teriak-teriak? atau lari marathon karena emang nggak pernah ngerasain? 

Gue belum pernah ngerasain, dan gue juga nggak akan lari marathon karena dapet 100. 
Ada sebuah pertanyaan di benak gue beberapa hari ini. Apakah orang pintar itu mereka-mereka yang selalu mendapat nilai bagus di pelajaran MIPA? Jawabannya tentu saja IYA, since gue sekarang masuk jurusan IPA. Jadi di mana-mana orang pinter ngitung, orang pinter analisis, pinter logika, pinter whatsoever tentang hal-hal exact yang sometimes full of shit (in my opinion).

Pernah gue berpikir untuk memiliki empat otak - yang definitely nggak akan bisa - tapi Alhamdulillah udah punya satu. Kalau gue punya empat otak, gue akan menggunakan otak pertama untuk memikirkan pelajaran formal - something like kegiatan akademis di sekolah. whatever mapelnya, gue berusaha untuk suka. 

Otak kedua akan gue pakai buat bersosialisasi, berorganisasi. Mengapa? karena berorganisasi tanpa otak itu the real shit. banyak hal yang akan didapat di organisasi - sosial dan sebangsanya ini. Kemampuan otak jelas sangat dibutuhkan karena bekerja di lapangan jauh lebih keras daripada bekerja di dalam kelas. (Asli, gue udah ngebuktiin). 

Otak ketiga gue manfaatkan untuk belajar ketrampilan non-akademik seperti seni dan olahraga. both, are things yang gue suka dan nggak bisa gue tinggalkan. tapi sayangnya, gue nggak bisa serius menggeluti mereka karena si akademik minta porsi lebih banyak. Padahal sebenernya, seni dan olahraga ini lebih sulit dipelajari dibanding si akademik. 

Otak keempat khusus buat kebutuhan rohani. Apa aja deh yang ada hubungannya sama batin, hati, perasaan, keyakinan. Otak yang paling sakral diantara semuanya. 

Besok gue ada ulangan biologi, dan mungkin matematika, ditambah bahasa Indonesia. kalau gue punya keempat otak di atas, nggak usah belajar ngoyo pasti udah bisa. tapi otak gue cuma satu dan malam ini gue justru nulis di blog - sesuatu yang gue katakan nekat. 

Sebenernya nih otak juga udah ogah diajak belajar yang dia nggak suka. kalau boleh gue milih pelajaran sesuka gue, nih otak udah pasti nyuruh-nyuruh gue ambil 2 mapel ips 2 mapel ipa dan 2 mapel bahasa. terus ambil olahraga renang sama lari, ambil seni gitar sama biola. Masalahnya ini Indonesia, di mana otak-otak tak berdaya harus patuh menerima jatah mereka dari kurikulum yang dibuat negara yang katanya besar ini. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar