Firstly, gue mau minta maaf, karena dulu gue ninggalin lo gitu aja tanpa alasan yang jelas. Tapi gue juga grateful banget atas apa yang udah lo kasih ke gue selama lo masuk dalam agenda keseharian gue, dulu. berkat lo, gue tau apa yang namanya keberanian, kekuatan, kebersamaan, tanggung jawab, keseriusan dan lain sebagainya.
Dulu, memang gue cuma coba-coba sama lo. Gue nggak pernah mencoba seserius itu sama lo. Ada tujuan lain di hidup gue, dan itu bukan lo. Ada masa depan lain di hidup gue, dan lo nggak mungkin jadi masa depan gue, nggak mungkin.
Setelah gue ninggalin lo lebih dari setahun ini, gue mulai kangen. kangen sama lo, kangen sama yang lain, kangen tantangan-tantangan. lo udah membawa gue meraih berbagai penghargaan, sayangnya gue memang nggak bisa menjadikan lo yang nomor satu dalam hidup gue.
Gue keinget pesan dari Sabum Nim Sulis - yang sekarang sudah menjadi Master Sulis - saat gue ujian, entah geup berapa gue lupa.
"Kalian adalah calon senior yang nanti akan membina yunior-yunior kalian. Itu kalau kalian serius, kalau tidak, ya paling-paling hanya jadi sabuk merah abadi."
Saat itu gue bertekad untuk lebih serius latihan, tapi karena berbagai alasan, jadilah gue pecundang. Jadilah gue 'Sabuk Merah Abadi' yang dibilang Master Sulis. Gue memang sempet membina adek-adek yunior yang kecil, ngajari nendang Ap chagi dan jurus jurus dasar lainnya. Tapi gue berhenti di tengah jalan.
Sebentar lagi Februari, sebentar lagi popda. udah dua tahun gue nggak ikut. dan rasanya seperti krupuk yang mlempem. Gue mungkin memang bisa melatih diri gue lagi, tapi gue nggak bisa balik sama lo lagi, di saat yang seperti ini. Ini keputusan gue, dan gue nggak akan pernah menyesal pernah mengenal lo selama lebih dari 3 tahun.
"Untuk Dobok yang nggak pernah gue pake lagi sekarang, untuk 8 sabuk yang gue dapatkan setelah gue berusaha keras setiap ujian, untuk piala-piala kejuaraan, untuk kejayaan Taekwondo Indonesia -
감사합니다 "
감사합니다 "
Tidak ada komentar:
Posting Komentar