Jadi begini, setiap orang pasti punya panutan dalam meraih cita-cita, termasuk gue juga. Seseorang telah sukses menginspirasi gue biar gue bisa rajin belajar, meraih apa yang dia raih dan sebagainya. Tapi gue juga tau bates kemampuan diri gue sendiri, mana kira-kira kelebihan gue daripada dia, dan mana kelemahan gue daripada dia, sehingga gue mengambil kesempatan lain dengan keuntungan yang sama besar (semoga).
Tapi tentu ada yang nggak setuju dengan pemikiran gue tadi. Salah satunya adalah temen gue, sebut saja dia Ranting. Ranting, seperti kebanyakan orang tahu, dia bukan orang yang hebat yang menang olimpiade di mana-mana. Dia hanya pelajar laki-laki biasa berusia 15 tahun yang memiliki mimpi, tapi semakin kesini, gue semakin sangsi, apa itu mimpi yang dia punya, atau sekedar obsesi.
Semenjak SMA, ada banyak perubahan dari dia. Mulai dari fisik, sampai psikologis, semua berubah 180 derajat. Gue seakan nggak mengenal dia sekarang, dan semua orang setuju, dia sudah berubah. Bukan Ranting yang gue kenal dulu, bukan Ranting yang bisa gue ajak bercanda, jalan-jalan, ketawa-ketiwi, curhat, dan lain sebagainya.
Hari ini, gue semakin tersadar perubahan dalam diri Ranting. Dia, begitu terobsesi akan seseorang yang dia anggap sebagai panutan. Dia, meniru segala tingkah laku seseorang pujaannya. Dia, mencoba menjadi seseorang yang ia puja, bahkan membaca novel yang dibaca seseorang yang ia puja, padahal, selama ini, dia nggak pernah baca novel, kecuali terakhir, pinjem Cinta Brontosaurus nya Raditya Dika dari gue.
Dia bilang dia punya mimpi, ingin begini ingin begitu. Dia bilang dia sedang berusaha menggapai mimpinya. tapi kenyataannya yang dia lakukan hanya menghabiskan waktunya untuk berkiblat dan mematuhi seseorang yang ia jadikan panutan - yang ia panggil senior. Dia tidak pernah belajar, kata seorang teman gue. Sepulang sekolah dia hanya sibuk dengan organisasi yang ia dewa-dewakan, dan pulang ke rumah sore hari dalam keadaan lelah. Oh, pantas.
Gue semakin yakin, yang ia punya bukan mimpi, tapi obsesi. Mimpi itu sesuatu yang luhur yang kita ukir perlahan-lahan dengan ketulusan dan pada akhirnya (InsyaAllah) dapat terwujud seperti yang kita inginkan. Obsesi dipenuhi nafsu, keinginan untuk meng-imitasi dan dilakukan dengan ambisi yang tinggi tanpa memedulikan kemampuan diri sendiri.
Sayangnya, gue nggak bisa berbuat apa-apa untuk menyadarkan Ranting. Gue terlalu takut untuk bilang, karena gue juga nggak yakin opini gue sepenuhnya benar. Gue inget banget, Ranting tadi bilang ke salah seorang teman gue,
"Gue pengen memperbaiki hidup gue.."
Sebagai teman, gue cuma bisa berharap semoga hidup Ranting bisa lebih baik di masa yang akan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar