Nggak ada yang bisa menyangkal tugasnya anak sekolah itu uncountable. Bikin stress, pusing ngatur waktu, capek dan lain-lain. Begitu pun salah seorang temen sekolah gue yang merasa these days jadwal belajar - sekolah - ngerjain tugas - ekskul dan kesemuanya amburadul, berantakan, nggak keruan.
Hingga pada suatu hari, ia membuat suatu keputusan - yang menurut gue itu keputusan besar - untuk melakukan "Day-off". Day off ini dijalankannya dengan stay at home pada weekdays demi merampungkan semua tugas-tugas yang numpuk dan belajar penuh buat pelajaran esok hari.
Awalnya gue bengong dengan apa yang dia katakan sewaktu gue ketemu di sekolah. dia awalnya nggak begitu terbuka dengan apa yang dia lakukan di rumah tapi setelah gue tahu, gue justru salut sama dia, yang berani mengambil keputusan dan melakukan tindakan nyata.
Buat pelajar seperti gue dan teman-teman gue libur sehari memang suatu anugerah. Bagi mereka yang kerajinan, pasti sehari itu buat nyelesain tugas-tugas, tapi buat yang rada males, yah paling buat main keluar sekalian refresh mind yang udah suntuk sama belasan pelajaran per minggu.
Gue sendiri belum pernah melakukan Day-off untuk menyelesaikan tugas-tugas gue yang berantakan. Gue tetep berangkat meskipun PR belum kelar, belum belajar buat ulangan and so forth. Gue nggak punya cukup keberanian untuk memutuskan nggak sekolah sehari demi ngerjain tugas yang bejibun meskipun gue butuh. Ya, gue terlalu memaksa - whatever will be, I'll be there.
Tapi mungkin, bagi yang bener-bener stress managing time, Day-off ini bisa menjadi salah satu alternatif ketika di tengah perjalanan banyak komponen yang rusak dan harus diperbaiki. Kita harus berhenti, agar di perjalanan selanjutnya komponen-komponen bekerja secara prima dan kerusakan nggak merambah ke mana-mana. Meskipun sopir terus jalan, tapi nggak ada salahnya buat berhenti sebentar, memperbaiki dan melaju pesat ke depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar