Kita pasti punya banyak alasan untuk tidak membeli tahu asin yang dijajakan pedagang asongan di pom bensin ataupun bus bumel. Mungkin karena kita memang tidak suka tahu asin, mungkin karena tidak punya uang, mungkin juga kita berasumsi tahu asinnya sudah tidak enak lagi. Tetapi para pedagang itu tetap saja menjajakkan dagangan mereka, mengharapkan rupiah demi rupiah dari pembeli yang tidak tentu. Apakah mereka tidak punya pilihan pekerjaan lain?
Tentu mereka memiliki banyak pilihan. Menjadi guru, politisi, ulama, pemimpin, astronot, pencari fakta, atau apapun itu. Tetapi dari sekian banyak pilihan, jalan hidup mereka bermuara pada tahu asin, sebuah makanan rakyat kecil yang memohon untuk dijajakan.
Nasib yang lebih baik berpihak pada kerabat si tahu asin, tahu bakso. tahu berisi daging giling yang di-bakso-kan ini memiliki daya jual yang lebih tinggi dan rasa yang lebih beragam. para penjual tahu bakso pun lebih bervariasi, dari mengantar tahu ke warung-warung mi ayam hingga memiliki brand dan outlet sendiri. Bukan tahu bakso yang menentukan nasibnya, tetapi pembuat dan penjualnya yang menentukan pilihan.
Penjual tahu bakso barang tentu sudah memikirkan matang-matang usaha yang akan mereka lakukan menyesuaikan dengan kemampuan mereka. Dengan persiapan yang matang, usaha tahu bakso pun sukses, jauh dari usaha tahu asin yang berkelas bus ekonomi.
Tidak ada seorang pun yang bercita-cita mendapat penolakan dari orang-orang di bus begitu sering seperti yang dialami para pedagang tahu asin. Jika dibandingkan dengan usaha tahu bakso, tentu usaha tahu asin hanya sekecil debu di pelupuk mata dan terkesan 'kurang berusaha' (Kita tahu bahwa Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa-apa yang ada pada diri mereka).
Akan tetapi, debu bukanlah struktur terkecil di muka bumi ini bukan? Mereka-mereka yang hanya bermodal tampang memelas (tetapi badan bugar) dan mangkuk plastik lah struktur yang lebih kecil dan ringan. Tuhan tentu tidak akan mengubah nasib mereka sebelum mereka menutup mangkuk plastik itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar