Kemarin, dalam perjalanan ke Semarang, saya menemukan slogan Bangun Desa, Nata Kutha. Ini sebelumnya maaf lho, entah slogan siapa, saya tidak bermaksud menjelek-jelekkan, karena saya yakin slogan ini dipenuhi visi misi yang bermutu untuk rakyat.
Jadi kita mulai dari frasa pertama. Bangun Desa. Mungkin lebih luwes ditulis (m)bangun desa, pakai em. Ide dari frasa pertama ini sangat baik. Membangun desa. Selama ini kita semua berpikiran bahwa di desa itu masih banyak kekurangan, terutama fasilitas. Entah fasilitas kesehatan, pendidikan, atau transportasi. Maklum, tempatnya kan kethip, sulit dijangkau dan penduduknya sedikit. Kalau begitu rakyatnya apa juga sama kekurangannya seperti kekurangan desa tadi? Wah tidak. Banyak yang bilang orang desa itu justru sugih-sugih. Cuma penampilannya saja kok. Tapi sepertinya there's no big deal dengan penampilan. Yang penting kesejahteraan kan? Karena terkadang penampilan nyeleneh justru jadi khas dan menghibur.
Eh kok ngelantur saya nulisnya. Jadi kita kembali ke slogan tadi. Kalau yang dimaksud dengan membangun desa itu membangun dari banyak sisi seperti dari manusianya diberi banyak penyuluhan tentang pertanian organik, tentang usaha padat karya dan macam-macam, wah oke sekali. Kalau dari sisi fasilitas ditambah puskesmas yang lengkap + dokter jaga + ambulan lebih bagus lagi. Pokoknya hal-hal fundamental ditingkatkan di desa, itu baru mbangun desa. Tapi, akan seberapa jauh desa itu dibangun? bukankah pembangunan seharusnya terus bergerak karena banyaknya kebutuhan? bukan tidak mungkin desa bisa jadi kota lha wong daerah Tembalang yang dulu hutan belantara saja bisa jadi kos-kosan.
Sekarang Nata Kutha. Kalau setahu saya, segala sesuatu yang ditata (diberi tindakan penataan) biasanya dari hal yang tidak tertata atau berantakan. berarti maksudnya kutha / kota itu berantakan. Apanya yang berantakan? banyak. Orang, infrastruktur, birokrasi, ya pokoknya banyak, saya juga tidak mau sok tahu. Yang menjadi pertanyaan, dari mana mau menata kota? apa dari semua sudut langsung dihajar, atau dari sudut ini atau itu dulu. Kalau saya yang diminta menata kok orangnya dulu ya. Tapi yang jadi masalah, menata orang itu susah. Metodenya harus seperti apa saja saya tidak tahu.
Saya hanya berharap, siapa pun yang melaksanakan slogan tersebut dapat mencapai tujuannya untuk membuat rakyat sejahtera. Jangan mikir yang aneh-aneh lho, apalagi sampai punya istri tiga seperti Pak Djoko, eh. Yah pokoknya semua tergantung niatnya lah. Saya ingat kata teman saya isyfan,
Niat adalah hal fundamental. Tindakan adalah titik bifukarsinya.
Semoga semua orang mengerti. Selamat sore.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar