Semalam saya menonton El Clasico, ya meskipun saya tidak begitu suka kedua tim, namun rupanya laga di markas Real Madrid itu lebih menarik daripada buku agama saya. Seperti biasa, seperti prediksi para penulis berita, El Clasico berjalan panas, diwarnai puluhan pelanggaran, dan kontroversi.
Saya memang jarang menonton El Clasico full time, tapi semalam entah mengapa saya tertarik menonton lanjutan La liga tersebut sampai final whistle ditiupkan wasit Miguel Perez. Match yang pada akhirnya dimenangkan tuan rumah itu pun mendapat banyak komentar, baik dari para pecinta Madrid, maupun Barcelona. Bahkan hoax sempat muncul, akibat kartu merah yang diberikan wasit pada kiper Barca Victor Valdes pada ujung laga. Media yang tidak bertanggung jawab tersebut mengabarkan Valdes memukul Pak Wasit di ruang ganti. Untung saja, stakeholder pertandingan langsung meralat berita tidak benar tersebut.
Sejak SD saya memang suka menonton sepak bola, karena bagi saya pertandingan sepak bola merupakan paket lengkap pengetahuan tentang olahraga itu sendiri serta hiburan sekaligus. Hiburan jalannya pertandingan, dan juga para punggawa-punggawa yang tampan (jujur).
Akan tetapi, setelah hadirnya berita tentang perjudian semacam fixing score di banyak pertandingan sepak bola di Eropa, membuat kepercayaan saya terhadap pertandingan-pertandingan sepak bola berkurang. Apakah benar, laga kontroversial Madrid-Barca yang selalu seperti itu panasnya memang alami dari tumbukan kemampuan para pemain hebat di liga spanyol, atau, sebuah panggung hiburan yang memang sudah direncanakan?
Mungkin sudut pandang ini terkesan overgeneralizing bahwa semua pertandingan bola di eropa sudah tidak bersih lagi. Akan tetapi, kita semua tahu, hal-hal yang melingkari si kulit bundar merupakan komoditas yang sangat dekat dengan uang. Ketika uang hadir, bukan tidak mungkin pertandingan bisa diatur sangat menarik, atau bahkan jauh dari prediksi para penulis berita.
Kini banyak lapangan sepak bola tak ubahnya panggung sandiwara di mana para punggawa tim menjadi aktornya. Diving mungkin hanya sebagian kecil dari akting para pemain bola. Di balik hasil dari suatu pertandingan, mana bisa kita para penikmat sepak bola tahu yang terjadi sebelum maupun sesudah pertandingan tersebut? Kalau ada media yang mengabarkan insiden ini-itu di ruang ganti, berita itu tentu tak lebih dari berita permukaan.
Saya tahu, dengan menulis seperti ini mungkin sedikit mencoreng citra dari pertandingan-pertandingan sepak bola di dunia. Akan tetapi, saya sendiri sebenarnya "sakit hati" mengetahui adanya fenomena fixing score yang diotaki warga Singapura itu. Yang saya inginkan, semua pertandingan tetap tersaji bersih dengan sportivitas sebagai jantungnya. Akan tetapi, saya tidak punya uang untuk mengaturnya, apa boleh buat?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar