Jika suatu benteng retak, bagian yang retak mungkin bisa ditambal. Jika retak lagi di bagian lain, menambal lagi bukanlah suatu masalah hingga retakan-retakan yang lain muncul dan wajah benteng itu menjadi tertambal sulam di sini situ. Tidak apalah asal masih kokoh berdiri. Namun apabila benteng yang sudah ditambal sulam itu pada akhirnya roboh juga, melakukan renovasi kecil-kecilan mungkin akan sia-sia. Rubuhkan saja dahulu, kemudian bangun kembali.
Jika benteng itu mental saya, mungkin akan lebih mudah karena saya sendiri lah yang harus menambal sulam atau memugar total sendiri. Tetapi jka benteng itu adalah negara kita? Semua orang tahu bobroknya negara ini dari sistem demokrasi yang kini sedang airing. Benteng itu tentu perlu dipugar total. Kepala kontraktor yang kemarin habis menambal sulam benteng itu kini hampir pensiun. Harus ada kepala kontraktor baru yang menggantikannya. Tapi siapa?
Tidak sedikit perusahaan kontraktor di negeri ini. Kualitas perusahaan itu pun bermacam-macam. Ada yang mungkin baik, ada yang kurang baik, ada yang belum berpengalaman, ada pula yang telah berpengalaman melakukan kecurangan. Para kepala kontraktor harus bersaing mati-matian untuk memenangkan tender pemugaran benteng kita. Saya sebenarnya malas mengikuti lelang tender tersebut, saya bahkan berharap saya terus menjadi 16 tahun. Tetapi apa boleh buat, undangan mengikuti lelang sudah ada di genggaman, dan memenuhinya merupakan sebuah kewajiban.
Siapapun pemenang tender itu nanti, entah dia yang punya televisi, punya band dangdut, poligami, punya senjata warisan, punya reputasi menjanjikan, saya doakan sukses mengepalai pemugaran benteng kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar