Jumat, 28 September 2012

Achievement for Society

Hari ini gue dapet pelajaran berharga tentang keputusan yang gak boleh gue sesali. Gue pernah bilang sama diri gue sendiri untuk nggak pernah menyesal (di kemudian hari) ketika gue sudah mengambil keputusan yang berhubungan dengan hal sakral yang gue sebut   k e s e m p a t a n. 

Suatu hari, gue pernah menolak sebuah kesempatan - a really big one - dan kemudian beberapa waktu yang lalu, gue sempet sedikit kecewa dengan keputusan yang gue buat dulu. Intinya gini, ketika gue dan temen gue dihadapkan pada sebuah kesempatan, gue memilih menolaknya, sedangkan temen gue mengambil kesempatan itu. Tentu gue nggak asal nolak, ada pertimbangan lain dibalik keputusan gue. 

Hingga pada suatu ketika temen gue berhasil memaksimalkan kesempatan yang dia punya waktu itu, sedangkan gue enggak. dia berhasil meraih prestasi untuk dirinya dan keep on looking for other chances up till now. sedikit kekecewaan bercampur dengan - oh it's really hard to say - envy. 

tapi semakin gue move on dari kegalauan pencapaian itu, gue semakin yakin bahwa gue nggak harus memacu diri gue buat bisa reach what others can reach for themselves, tapi lebih ke what I can reach for me myself, and for the society around me. 

Hari ini, gue merasa beruntung banget karena gue punya kesempatan yang nggak dimiliki orang lain yang semestinya juga bisa memaksimalkan kesempatan itu. gue merasa, it's okay gue nggak terlalu sibuk just to take care about my achievement, just to empower my ability, just to prepare another championship - or whatsoever. Gue percaya kalau Tuhan pasti bakal kasih chance buat gue just to take care about my achievement. hari ini, bukan sembarang achievement yang gue dapet, tapi sebuah achievement for society.

ada rasa yang berbeda ketika kita berjuang demi nama baik kita sendiri, dan nama baik sebuah society - or simply - sebuah organisasi. Gue sadar, kalo gue nggak harus selalu egois mikirin pencapaian diri gue sendiri - sedangkan society nya nggak sukses. justru, even if kita nggak sukses dengan pencapaian pribadi tapi bisa menyukseskan sebuah society it would be the biggest achievement, ever and ever. 

Thank God, thank's for this beautiful Friday :)

Rabu, 19 September 2012

Some people do not use their ___________ nicely. 

brain
hand
tongue
eyes
ears
ability
chance
faith



Kamis, 13 September 2012

Otak

Gimana rasanya dapet nilai MIPA 100? seneng? loncat-loncat? teriak-teriak? atau lari marathon karena emang nggak pernah ngerasain? 

Gue belum pernah ngerasain, dan gue juga nggak akan lari marathon karena dapet 100. 
Ada sebuah pertanyaan di benak gue beberapa hari ini. Apakah orang pintar itu mereka-mereka yang selalu mendapat nilai bagus di pelajaran MIPA? Jawabannya tentu saja IYA, since gue sekarang masuk jurusan IPA. Jadi di mana-mana orang pinter ngitung, orang pinter analisis, pinter logika, pinter whatsoever tentang hal-hal exact yang sometimes full of shit (in my opinion).

Pernah gue berpikir untuk memiliki empat otak - yang definitely nggak akan bisa - tapi Alhamdulillah udah punya satu. Kalau gue punya empat otak, gue akan menggunakan otak pertama untuk memikirkan pelajaran formal - something like kegiatan akademis di sekolah. whatever mapelnya, gue berusaha untuk suka. 

Otak kedua akan gue pakai buat bersosialisasi, berorganisasi. Mengapa? karena berorganisasi tanpa otak itu the real shit. banyak hal yang akan didapat di organisasi - sosial dan sebangsanya ini. Kemampuan otak jelas sangat dibutuhkan karena bekerja di lapangan jauh lebih keras daripada bekerja di dalam kelas. (Asli, gue udah ngebuktiin). 

Otak ketiga gue manfaatkan untuk belajar ketrampilan non-akademik seperti seni dan olahraga. both, are things yang gue suka dan nggak bisa gue tinggalkan. tapi sayangnya, gue nggak bisa serius menggeluti mereka karena si akademik minta porsi lebih banyak. Padahal sebenernya, seni dan olahraga ini lebih sulit dipelajari dibanding si akademik. 

Otak keempat khusus buat kebutuhan rohani. Apa aja deh yang ada hubungannya sama batin, hati, perasaan, keyakinan. Otak yang paling sakral diantara semuanya. 

Besok gue ada ulangan biologi, dan mungkin matematika, ditambah bahasa Indonesia. kalau gue punya keempat otak di atas, nggak usah belajar ngoyo pasti udah bisa. tapi otak gue cuma satu dan malam ini gue justru nulis di blog - sesuatu yang gue katakan nekat. 

Sebenernya nih otak juga udah ogah diajak belajar yang dia nggak suka. kalau boleh gue milih pelajaran sesuka gue, nih otak udah pasti nyuruh-nyuruh gue ambil 2 mapel ips 2 mapel ipa dan 2 mapel bahasa. terus ambil olahraga renang sama lari, ambil seni gitar sama biola. Masalahnya ini Indonesia, di mana otak-otak tak berdaya harus patuh menerima jatah mereka dari kurikulum yang dibuat negara yang katanya besar ini.