One day, gue dan Aulia main ke rumah temen gue - Ula. Rumah Ula terletak di daerah Senjoyo, agak jauh dari kota. Kita bertiga kesana naik angkot dan kemudian masih harus berjalan cukup jauh, nah, pada perjalanan menuju rumah Ula inilah, The craziest thing happened. Saat kita bertiga jalan, kita ketemu ada mbak-mbak (kata Ula rada gila) di deket pasar. Gue dan Aulia sih nggak begitu ngeh sama mbak mbak itu. namun, takdir justru mempersatukan kami.
Actually, untuk sampai ke rumah Ula nggak perlu lewat jalan yang mblusuk-mblusuk karena emang sudah ada jalan aspalan yang bagus dan layak dilewati kapal sekalipun. Tapi, karena isengnya gue, tiba tiba kepikiran deh buat lewat jalan setapak kecil di deket pasar sebagai jalan pintas. Ula dan Aulia setuju-setuju aja, akhirnya kita lewatlah pada jalan setapak yang dikelilingi hutan.
Gue, saking senengnya lewat hutan itu - di rumah gue nggak ada hutan - gue ngomong-ngomong sendiri kayak orang gila, Ula dan Aulia, cuma ngebiarin gue karena - they know me so well - justru mereka ketawa ketiwi ngeliat polah gue.
Firstly, semuanya berjalan lancar, karena nggak ada kemacetan di hutan itu, dan gue masih tetep ngoceh sendiri seperti orang gila. Pada suatu ketika, kita bertiga nggak nyadar ada apa di belakang kita. But suddenly, gue ngelirik ke belakang dan ternyata secara diam diam ada si 'Mbak mbak Gila Dekat Pasar' tadi berjalan di belakang kita!
Aulia : Lariiiiiiiiiiii!
Aulia saking terkejutnya teriak dan langsung ngajak gue dan Ula lari. Akhirnya, kita bertiga lari kejar-kejaran di jalan setapak yang sempit. Pertamanya gue pikir si Mbak mbak deket pasar tadi bakal ngejar, tapi setelah gue lirik ke belakang, dia masih aja jalan santai. Weleeeeeh --"
Setelah memberi jarak cukup jauh, akhirnya kita bertiga berhenti dengan terengah engah. jarak sudah sangat aman bagi kita. Setelah diem beberapa saat, kita bertiga malah ketawa-tawa sendiri ngebayangin gilanya kita di hutan tadi. Ternyata, kita bertiga nggak jauh lebih waras daripada mbak mbak deket pasar yang tadi. Sampe di deket rumah Ula sekalipun, ibu ibu yang ngeliatin kita bertiga jadi gimanaaaa gitu, apalagi masih pakai seragam SMP 1. Sumpah, gue maluuuuu.
Tapi nggak papa, itung-itung pengalaman kalo jalan di hutan harus lebih waspada, itu tadi cuma orang gila, dan kita masih bisa lari. Coba kalo jambret ato apaa, hiiih. amit amit.
Actually, untuk sampai ke rumah Ula nggak perlu lewat jalan yang mblusuk-mblusuk karena emang sudah ada jalan aspalan yang bagus dan layak dilewati kapal sekalipun. Tapi, karena isengnya gue, tiba tiba kepikiran deh buat lewat jalan setapak kecil di deket pasar sebagai jalan pintas. Ula dan Aulia setuju-setuju aja, akhirnya kita lewatlah pada jalan setapak yang dikelilingi hutan.
Gue, saking senengnya lewat hutan itu - di rumah gue nggak ada hutan - gue ngomong-ngomong sendiri kayak orang gila, Ula dan Aulia, cuma ngebiarin gue karena - they know me so well - justru mereka ketawa ketiwi ngeliat polah gue.
Firstly, semuanya berjalan lancar, karena nggak ada kemacetan di hutan itu, dan gue masih tetep ngoceh sendiri seperti orang gila. Pada suatu ketika, kita bertiga nggak nyadar ada apa di belakang kita. But suddenly, gue ngelirik ke belakang dan ternyata secara diam diam ada si 'Mbak mbak Gila Dekat Pasar' tadi berjalan di belakang kita!
Aulia : Lariiiiiiiiiiii!
Aulia saking terkejutnya teriak dan langsung ngajak gue dan Ula lari. Akhirnya, kita bertiga lari kejar-kejaran di jalan setapak yang sempit. Pertamanya gue pikir si Mbak mbak deket pasar tadi bakal ngejar, tapi setelah gue lirik ke belakang, dia masih aja jalan santai. Weleeeeeh --"
Setelah memberi jarak cukup jauh, akhirnya kita bertiga berhenti dengan terengah engah. jarak sudah sangat aman bagi kita. Setelah diem beberapa saat, kita bertiga malah ketawa-tawa sendiri ngebayangin gilanya kita di hutan tadi. Ternyata, kita bertiga nggak jauh lebih waras daripada mbak mbak deket pasar yang tadi. Sampe di deket rumah Ula sekalipun, ibu ibu yang ngeliatin kita bertiga jadi gimanaaaa gitu, apalagi masih pakai seragam SMP 1. Sumpah, gue maluuuuu.
Tapi nggak papa, itung-itung pengalaman kalo jalan di hutan harus lebih waspada, itu tadi cuma orang gila, dan kita masih bisa lari. Coba kalo jambret ato apaa, hiiih. amit amit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar