Saya tidak pernah menyadari seberapa besar mimpi saya, hingga pagi ini, saat upacara bendera saya tersadar. Saya tidak pernah menganggap mimpi itu bisa menjadi kenyataan, intinya, saya tidak pernah mencoba "Membesarkannya".
Ya, saya berusaha sekuat mungkin, juga berdoa. Saya mencoba untuk tidak gegabah dan tidak ambisius. Saya tidak bisa berkata itu cukup atau kurang, salah atau benar. Selama ini hanya itu yang saya lakukan tanpa menutrisi mimpi saya dengan "gizi" yang tepat.
Sampai detik ini pun saya masih tidak yakin dengan "nutrisi" apa yang seharusnya saya tuang pada mimpi saya yang kerdil ini. Saya masih pusing dengan rumus-rumus fisika-kimia-matematika yang menghantui hari-hari saya H-7 UTS ini.
Akan tetapi, amanat pembina upacara pagi ini seakan menampar saya. Selama ini saya rasa saya hanya terjebak dalam permainan mereka-mereka yang bersatu dan berusaha meraih mimpi-mimpi dan ambisi mereka, dan saya hanya seorang diri. Lemah, dan sendirian.
Saya pikir saya sudah cukup kuat untuk menjadi seorang petarung tunggal, namun kiranya belum. Usaha membesarkan mimpi itulah yang belum saya penuhi. Mimpi kerdil itu harus perlahan dibesarkan, di tengah keterbatasan waktu maupun sarana. Semua itu hanya butuh kesabaran.