Sabtu, 22 Desember 2012

Pengecut Pecundang

Suatu malam gue terlibat cekcok, emm bukan, semacam gurauan dengan seorang temen gue, membawa-bawa dua kata sandang, Pengecut, dan Pecundang. 

Awalnya gue dulu yang mengatainya pengecut karena dia tak kunjung memberi tahu identitasnya ketika mengirimi gue SMS. setelah itu dia membalas SMS gue dengan satu kata : pecundang. 

Kemudian gue berpikir, kenapa dua kata ini sering dikait-kaitkan satu sama lain. ketika si A berkata pengecut, si B membalas pecundang, ataupun sebaliknya. Padahal pengecut dan pecundang jelas jelas berbeda. 

Menurut gue, pengecut sudah pasti pecundang, sedangkan pecundang belum tentu seorang pengecut. Seorang pengecut adalah orang yang tidak punya keberanian memulai. hanya tidak berani, begitu saja. Dalam bahasa jawa gue sering  mendengar kata "celingus" yang didefinisikan mirip pengecut. Ya, pengecut adalah orang yang tidak pernah percaya diri, tidak pernah mau mencoba, dan tentu akan menjadi pecundang karena tidak pernah mencoba. 

Pecundang, menurut gue adalah orang yang setingkat lebih tinggi dari pengecut. Mungkin konotasi pecundang lebih buruk daripada orang yang kalah, tapi buat gue pecundang = loser, dan buat gue, being a loser ain't a mistake, asalkan tidak melakukan kesalahan yang sama sehingga tidak selalu menjadi pecundang. Gue juga orang yang pernah menjadi pecundang, dan rasanya memang tidak menyenangkan. tapi dari rasa tidak menyenangkan itulah, bisa tumbuh semangat untuk melepas gelar pecundang pada kesempatan berikutnya. 

Percaya atau enggak, kita semua juga pasti pernah menyandang dua gelar di atas. Pernah menjadi orang yang penakut, yang enggak percaya diri, dan setelah menjadi orang yang percaya diri, malah kalah bersaing dengan yang lain. That's life. 


Selamat Hari Ibu

My love, My Mom, My Everything

Sabtu, 15 Desember 2012

Past is Past

I know it's hard to be you.
Oh no, I don't know how it feels to be you, yet I don't want to know, even feel it. 
I pretend to know that it's hard to release something, oh no, someone, and everything you've passed for years. Probably it would be harder if it was your very first experience. Probably. 

But I shouldn't care. 
Last year I just, something like "Okay, maybe it's your first year to release those everything" 
But this year, it's your second year and still, you can't release any of them. 
Seems judgmental  but it's actually clearly seen from the way you deliver your words, which means there are still many things left with you and you obviously still, keep them inside your head, or your heart - whatsoever. 

I don't know, whether I do wrong or not. Maybe I shouldn't care so that I have no things to think about you. But it's just happened, and I'm not stupid in comprehending your words. Right now, the only thing I want to do is to shout in front of your face that past is past. But surely I can't do that to you. I have no clear prove, and you must have many rebuttals, haha. 

Talking about you (again) perhaps will pump my  mischievous creativity. I'd better stop. But I can't promise I won't write again, since there's probability that you will write those kind of past emotion over and over again. You know, I actually can't forbid you. It's just, I don't like knowing that you hardly release "them". I wish I wouldn't be a girl like you if someday I get the status like you get right now. I wish I could stand stronger and easily release "them". 


Selasa, 11 Desember 2012

Yang mainstream

Dulu, gue kalo gambar rumah begini


tapi gue ngerasa itu justru seperti balai dukuh 

padahal rumah yang sederhana aja pada kenyataannya seperti ini
Selain rumah, gue kalo gambar sekolah dulu kaya gini
padahal SD gue seperti ini

Berimajinasi memang susah, apalagi merealisasikannya. 
bahkan, setelah gue gede sekarang, gue nggak yakin gue bisa gambar rumah dan SD gue mirip seperti aslinya.Dan gue yakin, gambar rumah dan SD di atas juga sesuatu yang mainstream seperti gambar pemandangan yang selalu gitu-gitu aja.